08 November 2024
Bagaimana Masa Depan Pendidikan di Chatgpt

Bagaimana Masa Depan Pendidikan di Chatgpt

Bagaimana Masa Depan Pendidikan di Chatgpt – Kemajuan teknologi yang semakin pesat turut mendorong berkembangnya sistem kecerdasan buatan atau yang sering disebut dengan kecerdasan buatan (AI). Perkembangan ini terjadi di berbagai bidang termasuk pembelajaran mesin, pemrosesan bahasa alami, visi komputer, mobil tanpa pengemudi, robotika, komputasi kuantum, dan aplikasi perawatan kesehatan. Baru-baru ini, sistem AI bernama Chat GPT menjadi perbincangan hangat di media sosial.

Bagaimana Masa Depan Pendidikan di Chatgpt

Bagaimana Masa Depan Pendidikan di Chatgpt

carisbrookehighschool – Sistem chatbot berbasis AI ini sangat berguna karena dapat menjadi terobosan teknologi pemrosesan suara yang dapat menganalisis dan menyempurnakan teks tertulis. Fitur utama Obrolan GPT adalah kemampuan membuat teks analitis. Ini berguna untuk berbagai tugas, termasuk membuat konten dokumen. Kemampuan memahami bahasa yang kompleks dapat meninggalkan kesan menarik bagi penggunanya.

Secara umum, dengan kapasitas dan fungsionalitas Chat GPT, target audiens Anda dapat mencakup orang-orang dari berbagai usia, latar belakang pendidikan berbeda, jenis pekerjaan berbeda, dan minat berbeda. Pengguna individu mengakses obrolan GPT untuk tujuan hiburan dan pendidikan. Bisnis sekarang menggunakannya untuk menyederhanakan layanan pelanggan, penjualan, atau dukungan teknis. Mengingat kompleksitas aplikasi di masa depan, GPT obrolan diperkirakan akan tumbuh lebih cepat seiring dengan meningkatnya kemampuan suara dan integrasi dengan teknologi lain. Latar Belakang Berdirinya GPT Chat

Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan teknologi pemrosesan bahasa alami mengalami kemajuan pesat. OpenAI, sebuah perusahaan riset kecerdasan buatan Amerika, telah meluncurkan proyek untuk mengembangkan algoritma pemrosesan bahasa alami yang dapat berkomunikasi secara efektif dengan manusia. Tim peneliti OpenAI telah berhasil mengembangkan model bahasa alami yang disebut Generative Pre-trained Transformer (GPT).

Untuk membuat model bahasa alami yang dapat berkomunikasi dengan orang-orang melalui chat dan percakapan online, OpenAI meluncurkan proyek baru bernama Chat GPT pada tanggal 30 November 2022. Proyek ini dimulai oleh Sam Altman dan Elon Musk pada tahun 2015. Namun, setelah satu atau dua tahun, Elon Musk memutuskan untuk mundur dari posisinya di perusahaan tersebut. Obrolan GPT menjadi sangat populer, mencapai 100 juta pengguna hanya dalam dua bulan setelah dirilis.

 

Baca Juga: Panduan SEO Terbaik Untuk Pendidikan Sekolah 

 

Dampaknya terhadap dunia akademis

Keberadaan Chat GPT memberikan visi masa depan dalam praktik belajar mengajar yang didukung oleh kecerdasan buatan. Sekolah dan universitas seringkali memberikan tugas akademik seperti esai dan tugas tertulis lainnya. Baru-baru ini, Darren Hick, seorang profesor filsafat di Furman University di South Carolina, menemukan bahwa murid-muridnya menggunakan obrolan GPT untuk menyelesaikan tugas esai. Sistem kecerdasan buatan seperti Chat GPT memungkinkan siswa menyelesaikan tugas dengan lebih mudah dan dalam waktu yang relatif lebih singkat. Namun, juga mempunyai makna tersendiri dalam konteks akademis. Salah satu implikasi yang perlu dipertimbangkan adalah dengan penggunaan obrolan GPT, produk karya siswa mungkin tidak mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan kecerdasan buatan di bidang pendidikan mempunyai tantangan tersendiri.

Selain itu, jawaban yang dihasilkan oleh Chat GPT seringkali tidak menyertakan sumber informasi yang valid, sehingga sulit untuk mendeteksi plagiarisme. Penggunaan informasi dari Chat GPT tidak selalu tergolong plagiarisme, apalagi jika mengacu pada kebijakan integritas akademik yang saat ini berlaku di perguruan tinggi. Chatbot baru ini mencoba menghindari penyalinan dan penempelan sebagian teks ke dalam tanggapan yang mereka hasilkan. Meski risiko plagiarisme sangat rendah, mekanisme kerja chatbot masih berpotensi bias dalam menghasilkan jawaban.

Ada beberapa kasus dimana Chat GPT memberikan informasi yang tidak akurat kepada pengguna. Misalnya ketika ditanya tentang orang terkenal, jawabannya muncul dalam bentuk judul buku. Selain itu, chatbots ini memberikan informasi terbatas tentang isu-isu lokal tertentu daripada mengutip argumen yang telah dibahas dalam jawaban sebelumnya. Perlu diketahui bahwa sistem ini hanya bekerja berdasarkan algoritma yang dirancang oleh pengembang, sehingga mereka tidak sepenuhnya memahami reaksi yang dihasilkan.

 

Baca Juga: Mengenal Jasa SEO Review Film  

 

Jawaban dari para ilmuwan

Membangkitkan AI bukanlah hal baru, namun kualitas respons yang dihasilkan oleh obrolan GPT melebihi kemampuan alat berbasis AI sebelumnya. Fenomena ini memicu perdebatan di kalangan perguruan tinggi tentang pemanfaatannya dalam proses belajar mengajar. Sejumlah pertanyaan muncul mengenai integritas akademik dan efektivitas penggunaan sistem chatbot. Sejak diluncurkan, beberapa kritikus telah memperingatkan bahwa Chat GPT dapat digunakan oleh siswa untuk menyontek tugas. Baru-baru ini, Departemen Pendidikan Kota New York melarang penggunaan obrolan GPT karena kekhawatiran akan dampak negatifnya terhadap proses pembelajaran. Sementara itu, Billy Kelly, ketua Jaringan Integritas Akademik Nasional Irlandia, mengatakan Chat GPT dapat membantu siswa menulis esai yang akan membantu mereka masuk universitas. Ella Prihanty, dosen salah satu universitas swasta di Jakarta, melihat langsung betapa pentingnya proses pembelajaran bagi mahasiswa untuk menyelesaikan studinya di perguruan tinggi. Saat membahas peningkatan aksesibilitas dengan Chat GPT, Prihanti menekankan pentingnya memastikan siswa mengingat tujuan pembelajaran mereka dan tidak membiarkan teknologi mengambil alih pengalaman belajar (McCure, 2023).

Meski banyak akademisi yang menyangkal keberadaan Chat-GPT di lingkungan akademis, ada pula yang berpendapat positif. Profesor Ahmed El Gohaly, mantan rektor Universitas Sains dan Teknologi Mesir-Jepang di Alexandria, menyatakan bahwa meskipun AI menimbulkan tantangan bagi sistem pendidikan, AI juga memiliki potensi positif (Sawahel, 2023). Abdenasser Naji, mantan penasihat Menteri Pendidikan Tinggi dan direktur Amaken Institute Maroko, mengatakan bahwa pelarangan Chat GPT berarti penolakan terhadap kemajuan (Sawahel, 2023). Di sisi lain, Dr. Mosab Hamad, Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan di Universitas El-Sheikh Abdallah El-Badri Sudan, juga berpendapat bahwa obrolan GPT tidak boleh dilarang, tetapi akan mengembangkan kemampuan intelektual dan etika siswa. nilai-nilai (Sawaheru, 2023).

Munculnya teknologi kecerdasan buatan dengan kemampuan luar biasa seperti Chat GPT akan memberikan dampak positif dan negatif di bidang akademik, tergantung konteks penggunaannya. Bila digunakan dengan benar, sistem ini memperdalam dan memperkaya wawasan pengguna. Sebaliknya menggunakannya untuk tujuan negatif seperti penipuan sangat merugikan pengguna. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan prinsip etika dalam penggunaan teknologi ini, khususnya dalam bidang pendidikan. Pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan akan sangat menentukan nasib pendidikan di masa depan.